Selasa, 24 Maret 2015

Artikel Jurnal Model-Model Evaluasi Pendidikan



MODEL-MODEL EVALUASI PENDIDIKAN
Mapatih
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam
Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanudin Serang Banten
Absrtak. Beberapa model-model pembelajaran kontemporer yang dapat kita gunakan dalam penyampaian pembelajaran di kelas. Semua model yang ada sangat baik untuk kita terapkan. Karena, dengan model ini dapat menunjang siswa aktif untuk belajar dan guru hanya membimbing dan membantu siswa dari dekat. Model pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting untuk diperhatikan. Meski saat ini telah berkembang menjadi semakin bervariasi tetap saja peran tenaga pendidik adalah hal yang utama dalam mengkondisikannya.
Kata Kunci:Evaluasi Pembelajaran, Evaluasi Pendidikan, Model-model Evaluasi
Absrtact. Some contemporary learning models that can be used in the delivery of learning in the classroom. All existing models are very good for us to apply. Because, with this model can support active students to learn and teachers only guiding and helping students fromnearby. The learning model is a very important thing to note. Although today has evolved into a more varied nonetheless the role of educators is the main thing in conditioning.
Keywords: Evaluation of Learning, Educational Evaluation, Evaluation Models
PENDAHULUAN
Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa macam tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan tujuan institusi, tujuan intruksional umum, dan tujuan intruksional khusus yang yang di dalamnya mengandung penampilan (performance). Pada konteks yang lebih luas, evaluasi kurikulum maupun evaluasi sistem bervariasi sesuai dengan pilihan dari evaluator itu sendiri. Pada konteks yang lebih luas, misalnya evaluasi kurikulum atau sistem kelembagaan dikenal adanya macam-macam model evaluasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang evaluasi. Model secara definisi diartikan sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari untuk dapat diterangkan disamping itu, Sukardi (206) memberikan batasan tentang model atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi sebagai penyederhana konsep yang digunakan untuk memperoleh pemahaman fenomena yang ingin diterangkan. Jadi dengan mempelajari secara intensif tentang model, seorang evaluatordapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih luas.1
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal,  harus  memperhatikan karakteristik anak  yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat  karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning)2
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk membahas dan lebih memahami beberapa model pembelajaran kontemporer. Agar model ini nantinya bisa kita gunakan pada saat kita menjadi seorang guru. Apabila kita telah menguasai model ini, maka kita bisa menggunakan salah satu model ini sesuai dengan karakteristik siswa kita.
PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN
            Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suatu tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara aktif.3
Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan.4
Pendekatan bisa juga diartikan suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola. Contoh pendekataan-pendekatan dalam pembelajaran antara lain: CBSA, kontekstual, induktif, deduktif, spiral, pemecahan masalah dan sebagainya.5
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.6
Strategi akan berguna dalam mengajarkan suatu topik apakah materi pelajaran tersebut disajikan kepada siswa baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Setelah materi tersebut terpilih terdapat  pertanyaan lain, siapakah yang mengajarkannya? Guru secara perorangan atau team, bagaimana cara guru memotivasi siswa agar siswa berpatisipasi, bagaimana guru harus mengelola kelas sehingga pelajaran berjalan sebagaimana mestinya.7
 METODE MENGAJAR
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar. Macam-macam metode mengajar antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan.8
METODE CERAMAH
Ceramah adalah suatu metode penyampaian (memberikan) informasi secara lisan terhadap siswa di dalam ruangan tertentu, siswa mendengar dan mencatat seperlunya. Metode ceramah lebih sesuai pada bidang non eksrakta karena dianggap paling praktis. Pada metode ceramah pengajaran berpusat pada guru, sebab guru lebih banyak berbicara/menyampaikan materi.9
METODE EKSPOSITORI
Metode ekspositori memiliki kesamaan dengan metode ceramah, karena sifatnya memberi informasi. Beda ekspositori dari ceramah adalah dominasi guru dikurangi. Dalam metode ekspositori guru memberi informasi hanya pada waktu-waktu tertentu yang diperlukan siswa, misalnya pada awal pengajaran, atau untuk suatu topik yang baru.10
METODE PENGAJARAN
Istilah model pengajaran dibedakan dari istilah strategi pengajaran metode pengajaran. Model pengajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.11
Memilih suatu model mengajar, harus sesuai dengan realitas yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama  dilakukan antar  guru dan pserta didik. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersbut dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pengajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memcahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.12
Ketika guru sedang menerapkan model pengajaran tersebut, sering kali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah, dan berfikir kritis. Model pengajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis; pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya butuh kerjasama antara siswa. Guru memandu siswa dalam menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat terselesaikan. Setiap model pengajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Dibawah ini beberapa model pembelajaran sebagai berikut:
MODEL TYLER
Model evaluasi yang pertama dan termasuk populer dibidang pendidikan yaitu tyler. Model ini secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan intruksional yang telah ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung model tyler, apabila para siswa mengalami proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.13
MODEL EVALUASI SUMATIF (Hasil)
Tujuan dari evaluasi sumatif adalah menentukan efek atau hasil dari upaya pengajaran. Tujuannya adalah menjumlahkan apa yang terjadi  sebagai hasil dari pendidikan . Evaluasi sumatif (hasil) mengukur perubahan yang terjadi akibat dari pembelajaran dan pengajaran. Lingkup evaluasi hasil sebagian tergantung pada perubahan yang akan di ukur yang pada gilirannya bergantung pada objektif yang sudah ditetapkan bagi kegiatan pendidikan itu. Evaluasi sumatif (hasil) berfokus pada jangka waktu yang lebih panjang. Evaluasi sumatif (hasil) lebih banyak membutuhkan keahlian untuk mengembangkan strategi pengukuran dan pengumpulan data, lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi, memerlukan pengetahuan tentang penyusunan data dasar dan kemampuan untuk melakukan perbandinga data yang dapat dipercaya dan valid setelah pengalaman belajar terjadi.
Evaluasi sumatif ini banyak dilakukan dilembaga pendidikan formal maupun pendidikan dan latihan (Diklat) yang dibiayai oleh sponsor. Fungsi evaluasi sumatif adalah sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi yang diperoleh dari hasil evaluasi sumatif , oleh para evaluator, kemdian secepatnya dianalisis guna menentukan posisi siswa dalam materi penguasaan materi pembelajarannya Mendomontrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap.14
MODEL EVALUASI FORMATIF
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengadakan penyesuaian di dalam kegiatan pendidikan begitu muncul kebutuhan, entah penyesuaian tersebut berkaitan dengan personal, materi, fasilitas atau berkaitan dengan objektif pembelajaran, atau bahkan dengan sikap diri sendiri.
Lingkup evaluasi formatif pada umumnya dibatasi oleh luas serta jangka waktu suatu pengalaman belajar. Misalnya dikelas atau saat lokakarya tetapi harus cukup rinci memasukkan sebanyak mungkin aspek pengalaman belajar sementara pembelajaran berjalan. Perilaku peserta didik, perilaku pengajar, interaksi pengajar-peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap materi, dan metode pengajaran sera karakteristik lingkungan, semuanya merupakan aspek dari pengalaman belajar di dalam lingkup evaluasi formatif (proses).15
Sedangkan menurut Sukardi (2008) Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan evaluator untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah diterapkan.16
MODEL PENGUKURAN
Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal didalam evaluasi pendidikan. Sesuai dengan namanya model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran didalam proses evaluasi pendidikan. Pengukuran menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menentukan besarnya (magnitude) objek, orang ataupun peristiwa-peristiwa yang dilukiskan daam unit-unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan model ini telah diterapkan dalam proses evaluasi untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, sikap mauun kepribadian (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Dalam hubungan dengan evaluasi program pendidikan di sekolah. Model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes (Dyer, 1960). Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi disini terutama adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan (kognitif) yangmencakup berbagai tingkat pengetahuan seperti kemampuan ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang distandarisasikan. Sehubungan dengan itu alat evaluasi yang lazim digunakan didalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper-and-pancil test. Secara lebih khusus lagi bentuk tes yag biasanya digunakan adalah bentuk tes objektif, yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan semacamnya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Secara lebih rinci menurut Thorndike & Robert. L Ebel (dalam Purwanto, 2009) Beberapa ciri dari model pengukuran adalah:
1) Mengutamakan pengukuran dalam proses evaluasi. Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang bisa diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
2) Evaluasi adalah pengukuran berbagai tingkah laku untuk melihat perbedaan individu atau kelompok. Oleh karena tujuannya adalah untuk mengungkapkan perbedaan, maka sangat sangat diperhatikan tingkat kesukaran dan daya pembeda pada masing-masing butir, serta dikembangkan acuan norma kelompok yang menggambarkan kedudukan siswa dalam kelompok.
3) Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif
4) Alat evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis terutama bentuk objektif
5) Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang menggunakan objektifitas. Oleh karena itu model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi yang baku. Pembakuan dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang cukup besar untuk melihat validitas daan reliabelitasnya.17
MODEL PERSESUAIAN
Tyler menggambarkan pendidikan sebagai suatu proses yang didalamnya terdapat tiga hal yang perlu dibedakan, yaitu tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pada dasarnya dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai efektifitas kurikulum atau program pengajaran yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Mengingat tujuan-tujuan pendidikan itu mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan pada anak didik, maka yang paling penting dari proses evaluasi adalah memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan itu terjadi (Tyler, dalam Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Menurut model ini evaluasi tidak lain adalah usaha untuk memerika persesuaian antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepetingan penyempurnaan program, bimbingan siswa dan pemberian informasi kepada pihak-pihak luar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
Langkah-langkah evaluasi yang perlu ditempuh didalam proses evaluasi menurut model yang kedua ini Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
1) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Karena evaluasi diadakan untuk memeriksa sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu sudah dapat dicapai, perlu masisng-maing itu diperjelas rumusannya sehingga memberikan arah yang lebih tegas didalam proses perencanaan evaaluasi yang dilakukan.
2) Menetapkan test situation yang diperlukan. Dalam langkah ini ditetapkan jenis-jenis evaluasi yang akan memungkinkan para siswa untuk memperlihatkan perilaku yang akan dinilai tersebut. Situasi-situasi yang dimaksudkan dapat berbentuk demonstrasi, memecahkan persoalan-persolan tertulis memimpin kegiatan kelompok dan sebagainya.
3) Menyusun alat evaluasi. Berdasarkan rumusan tujuan dan test situation yang telah dikembangkan dalam langkah-langkah sebelumnya kini dapat ditetapkan dan disusun alat-alat evaluasi yang cocok untuk digunakan dalam menilai jenis-jenis perilaku yang tergambar dalam tujuan tersebut.
4) Menggunakan hasil evaluasi. Setelah tes dilaksanakan hasilnya diolah sedemikian rupa agar dapat memenuhi tujuan diadakannya evaluasi tersebut, baik untuk kepentingan bimbingan siswa maun untuk perbaikan program.
Karena setiap program pendidikan menyangkut tujuan yang hendak dicapai, akan lebih tepat jika hasil evaluasi tidak dinyatakan dalam bentuk keseluruhan test tapi dalam bentuk hasil bagian demi  bagian dari test yang bersangkutan sehingga terlihat bagian-bagian mana dari program pendidikan yang masih perlu disempurnakan karena belum berhasi mencapai tujuannya (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).18
MODEL EVALUASI SISTEM PENDIDIKAN
Model evaluasi system pendidikan bertitik tolak darri pandangan bahwa keberhasilan suatu program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, cirri anak didik maupun lingkungan sekitarnya, tujuan program dan peralatan yang dipakai, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.
Evalausi menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program yang sedang dikembangkan dengan sejumlah criteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan jajmen mengenai program yang dinilai tersebut.
Ada beberap hal di dalam isi pandangan di atas yang perlu digaris bawahi dan diuraikan lebih lanjut mengingat pentingnya hal-hal tersebut didalam konteks konsep evaluasi yang dianut oleh model ini.
1) Dengan mengungkapkan berbagai dimensi program model ini menekankan pada pentingnya program sebagai suatu keseluruhan yang dijadikan objek evaluasi , tanpa membatasi hanya pada aspek hasil yang dicapai saja.
2) Perbandingan antara program performance dankriteria juga merupakan salah satu inti yang penting dalam konsep evaluasi menurut model ini. Hal penting disini adalah bahwa setiap dimensi program pendidikan yang sedang dikembangkan itu perlu ditetapkan dengan tegas criteria yang akan dijadikan ukuran dalam menilai performance dalam maing-masing dimensi tersebut. Salah satu kelemahan yang ada sekarang Stufflebeam (1972) adalah kurang jelasnya criteria yang digunakan sebagai dasar didalam mengadakan evaluasi tersebut.
3)  Model ini berpandangan bahwa model evaluasi tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi tentang keadaan program yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada suatu Judgment baik-buruknya, efektif-tidaknya program pendidikanyang bersangkutan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).19
PENUTUP
Model evaluasi muncul karena adanya usaha ekspalansi secara kontinu yang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih komprehensif termasuk pada ilmu pendidikan, prilaku dan seni.
Model Tyler secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan instruksional yang telah ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran.
End Note
1.             H.M. Sukardi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.55
2.             Ibid., hlm. 57
3.             Agus Purwadi, Teologi Filsafat Sains, (Malang: UMM-Press, 2002), hlm. 119.
4.          Purwanto. Evaluasi hasil Belajar.  (Yogjakarta: Pustaka Pelajar.2009), hlm   64
5.             Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi           Pendidikan ( Bag 1 Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
6.        Asep dan Haris Abdul.   .Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta:Multi Press2007), hlm 44
7.             Ibid, hlm., 26
8.             Eneng Muslihah Metode dan Strategi Pembelajaran (HAJA Mandiri 2014), hlm., 129
9.             Ibid., 130
10.         Eneng Muslihat Kinerja Kepala Sekolah (Haja Mandiri 2014),. Hlm 57
11.         Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi          Aksara, 1995), hlm. 162.
12.                  Syamsul Arifin, dkk, Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta:     Sipress, 1996), hlm. 150
13.                  Ibid., hlm 73
14.         Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam (Bandung Pustaka Setia 1997)., hlm 77
15.         Ibid., hlm., 44
16.         Ramayulis Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kalam Mulia 2002)., 202
17.         Ibid., 207
18.         Darwyansyah dan Supardi Evaluasi Pembelajaran Pendidikan (HAJA Mandiri 2014)., HLM 27
DAFTAR PUSTAKA
Bastable, Susan B. (2002). Perawat sebagai pendidik (prinsip-prinsip               pembelajaran dan pengajaran). Jakarta: EGC
Purwanto. (2009). Evaluasi hasil Belajar. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi             Pendidikan ( Bag 1 Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi           Pendidikan ( Bag 3 Pendidikan Disiplin Ilmu). PT Imperial Bhakti Utama.
Jihad Asep dan Haris Abdul.    .Evaluasi Pembelajaran.Jakarta:Multi Press.
 H.M. Sukardi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.55
Ibid., hlm. 57
Agus Purwadi, Teologi Filsafat Sains, (Malang: UMM-Press, 2002), hlm. 119.
 Purwanto. Evaluasi hasil Belajar.  (Yogjakarta: Pustaka Pelajar.2009), hlm   64
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi           Pendidikan ( Bag 1 Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
Asep dan Haris Abdul.    .Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta:Multi Press2007), hlm         44
Ibid, hlm., 26
Eneng Muslihah Metode dan Strategi Pembelajaran (HAJA Mandiri 2014), hlm         129
Ibid., 130
Eneng Muslihat Kinerja Kepala Sekolah (Haja Mandiri 2014),. Hlm 57
Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi          Aksara, 1995), hlm. 162.
 Syamsul Arifin, dkk, Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta:          Sipress, 1996), hlm. 150
Ibid., hlm 73
Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam (Bandung Pustaka Setia 1997)., hlm 77
Ibid., hlm., 44
Ramayulis Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kalam Mulia 2002)., 202
Ibid., 207
Darwyansyah dan Supardi Evaluasi Pembelajaran Pendidikan (HAJA Mandiri 2014)., HLM 27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar