Mapatih
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam
Program
Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanudin Serang Banten
Absrtak. Beberapa
model-model pembelajaran kontemporer yang dapat kita gunakan dalam penyampaian
pembelajaran di kelas. Semua model yang ada sangat baik untuk kita terapkan.
Karena, dengan model ini dapat menunjang siswa aktif untuk belajar dan guru
hanya membimbing dan membantu siswa dari dekat. Model pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting
untuk diperhatikan. Meski saat ini telah berkembang menjadi semakin bervariasi
tetap saja peran tenaga pendidik adalah hal yang utama dalam mengkondisikannya.
Kata Kunci:Evaluasi
Pembelajaran, Evaluasi Pendidikan, Model-model Evaluasi
Absrtact. Some contemporary learning
models that can be used in the delivery of learning in the classroom. All existing models are very good for us to apply. Because,
with this model can
support active students
to learn and
teachers only guiding and helping students fromnearby. The learning model is a very important thing to
note. Although today has evolved into a
more varied nonetheless the role of educators is
the main thing in conditioning.
Keywords: Evaluation
of Learning, Educational Evaluation,
Evaluation Models
PENDAHULUAN
Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada
umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa
macam tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan tujuan institusi,
tujuan intruksional umum, dan tujuan intruksional khusus yang yang di dalamnya
mengandung penampilan (performance). Pada konteks
yang lebih luas, evaluasi kurikulum maupun evaluasi sistem bervariasi sesuai
dengan pilihan dari evaluator itu sendiri. Pada konteks yang lebih luas,
misalnya evaluasi kurikulum atau sistem kelembagaan dikenal adanya macam-macam
model evaluasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang evaluasi.
Model secara definisi diartikan sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman
struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari untuk
dapat diterangkan disamping itu, Sukardi (206) memberikan batasan tentang model
atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi sebagai penyederhana konsep
yang digunakan untuk memperoleh pemahaman fenomena yang ingin diterangkan. Jadi
dengan mempelajari secara intensif tentang model, seorang evaluatordapat lebih
mudah memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih
luas.1
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian
matapelajaran-matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi
setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat
artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran
pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal, harus
memperhatikan karakteristik anak
yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan
yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi
terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning)2
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk membahas dan lebih
memahami beberapa model pembelajaran kontemporer. Agar model ini nantinya bisa
kita gunakan pada saat kita menjadi seorang guru. Apabila kita telah menguasai
model ini, maka kita bisa menggunakan salah satu model ini sesuai dengan
karakteristik siswa kita.
PENDEKATAN
DALAM PENGAJARAN
Pendekatan
adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam
suatu tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode
tertentu secara aktif.3
Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran
kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau
beberapa metode pilihan.4
Pendekatan bisa juga diartikan suatu jalan, cara, atau
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau
materi pengajaran itu dikelola. Contoh pendekataan-pendekatan dalam pembelajaran
antara lain: CBSA, kontekstual, induktif, deduktif, spiral, pemecahan masalah
dan sebagainya.5
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola
kegiatan, dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran dan pembelajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan secara efektif dan efisien.6
Strategi akan berguna dalam mengajarkan suatu topik apakah materi
pelajaran tersebut disajikan kepada siswa baik secara perorangan maupun secara
berkelompok. Setelah materi tersebut terpilih terdapat pertanyaan lain, siapakah yang
mengajarkannya? Guru secara perorangan atau team, bagaimana cara guru
memotivasi siswa agar siswa berpatisipasi, bagaimana guru harus mengelola kelas
sehingga pelajaran berjalan sebagaimana mestinya.7
METODE MENGAJAR
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa yang kita ajar. Macam-macam metode mengajar antara lain:
ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan.8
METODE CERAMAH
Ceramah adalah suatu metode penyampaian (memberikan) informasi
secara lisan terhadap siswa di dalam ruangan tertentu, siswa mendengar dan
mencatat seperlunya. Metode ceramah lebih sesuai pada bidang non eksrakta
karena dianggap paling praktis. Pada metode ceramah pengajaran berpusat pada
guru, sebab guru lebih banyak berbicara/menyampaikan materi.9
METODE
EKSPOSITORI
Metode ekspositori memiliki kesamaan dengan metode ceramah, karena
sifatnya memberi informasi. Beda ekspositori dari ceramah adalah dominasi guru
dikurangi. Dalam metode ekspositori guru memberi informasi hanya pada
waktu-waktu tertentu yang diperlukan siswa, misalnya pada awal pengajaran, atau
untuk suatu topik yang baru.10
METODE
PENGAJARAN
Istilah model pengajaran dibedakan dari istilah strategi pengajaran
metode pengajaran. Model pengajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
suatu strategi, metode, atau prosedur. Model mengajar dapat diartikan sebagai
suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
peserta didik, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting
pengajaran atau setting lainnya.11
Memilih suatu model mengajar, harus sesuai dengan realitas yang
ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama dilakukan antar guru dan pserta didik. Model pengajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersbut dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pengajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang
luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah,
kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memcahkan suatu masalah yang telah
disepakati oleh siswa dan guru.12
Ketika guru sedang menerapkan model pengajaran tersebut, sering
kali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah,
dan berfikir kritis. Model pengajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori
belajar konstruktivis; pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya butuh kerjasama antara siswa. Guru
memandu siswa dalam menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap
kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi
yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat terselesaikan. Setiap model
pengajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Dibawah ini beberapa model pembelajaran sebagai berikut:
MODEL TYLER
Model evaluasi yang pertama dan termasuk populer dibidang
pendidikan yaitu tyler. Model ini secara konsep menekankan adanya proses
evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan intruksional yang telah
ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru
berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung
model tyler, apabila para siswa mengalami proses pembelajaran dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.13
MODEL
EVALUASI SUMATIF (Hasil)
Tujuan dari evaluasi sumatif adalah
menentukan efek atau hasil dari upaya pengajaran. Tujuannya adalah menjumlahkan
apa yang terjadi sebagai hasil dari pendidikan . Evaluasi sumatif (hasil)
mengukur perubahan yang terjadi akibat dari pembelajaran dan pengajaran.
Lingkup evaluasi hasil sebagian tergantung pada perubahan yang akan di ukur
yang pada gilirannya bergantung pada objektif yang sudah ditetapkan bagi
kegiatan pendidikan itu. Evaluasi sumatif (hasil) berfokus pada jangka waktu
yang lebih panjang. Evaluasi sumatif (hasil) lebih banyak membutuhkan keahlian
untuk mengembangkan strategi pengukuran dan pengumpulan data, lebih banyak
waktu untuk melakukan evaluasi, memerlukan pengetahuan tentang penyusunan data
dasar dan kemampuan untuk melakukan perbandinga data yang dapat dipercaya dan
valid setelah pengalaman belajar terjadi.
Evaluasi sumatif ini banyak
dilakukan dilembaga pendidikan formal maupun pendidikan dan latihan (Diklat) yang
dibiayai oleh sponsor. Fungsi evaluasi sumatif adalah sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi yang diperoleh
dari hasil evaluasi sumatif , oleh para evaluator, kemdian secepatnya
dianalisis guna menentukan posisi siswa dalam materi penguasaan materi
pembelajarannya Mendomontrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.14
MODEL
EVALUASI FORMATIF
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengadakan
penyesuaian di dalam kegiatan pendidikan begitu muncul kebutuhan, entah
penyesuaian tersebut berkaitan dengan personal, materi, fasilitas atau
berkaitan dengan objektif pembelajaran, atau bahkan dengan sikap diri sendiri.
Lingkup evaluasi formatif pada umumnya dibatasi oleh luas
serta jangka waktu suatu pengalaman belajar. Misalnya dikelas atau saat
lokakarya tetapi harus cukup rinci memasukkan sebanyak mungkin aspek pengalaman
belajar sementara pembelajaran berjalan. Perilaku peserta didik, perilaku
pengajar, interaksi pengajar-peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap
materi, dan metode pengajaran sera karakteristik lingkungan, semuanya merupakan
aspek dari pengalaman belajar di dalam lingkup evaluasi formatif (proses).15
Sedangkan menurut Sukardi (2008) Evaluasi formatif bertujuan
untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa
guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar
mengajar. Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan evaluator
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah diterapkan.16
MODEL
PENGUKURAN
Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam
sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal didalam evaluasi pendidikan. Sesuai
dengan namanya model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran
didalam proses evaluasi pendidikan. Pengukuran menurut model ini tidak dapat
dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menentukan besarnya
(magnitude) objek, orang ataupun peristiwa-peristiwa yang dilukiskan daam
unit-unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan model ini telah diterapkan
dalam proses evaluasi untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan
individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, sikap mauun kepribadian
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Dalam hubungan dengan evaluasi program pendidikan di
sekolah. Model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang
dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes (Dyer,
1960). Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi disini terutama adalah hasil
belajar dalam bidang pengetahuan (kognitif) yangmencakup berbagai tingkat
pengetahuan seperti kemampuan ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang
evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan
prosedur yang distandarisasikan. Sehubungan dengan itu alat evaluasi yang lazim
digunakan didalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper-and-pancil
test. Secara lebih khusus lagi bentuk tes yag biasanya digunakan adalah
bentuk tes objektif, yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar
salah dan semacamnya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Secara lebih rinci menurut Thorndike & Robert. L Ebel
(dalam Purwanto, 2009) Beberapa ciri dari model pengukuran adalah:
1) Mengutamakan
pengukuran dalam proses evaluasi. Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang
bisa diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
2) Evaluasi
adalah pengukuran berbagai tingkah laku untuk melihat perbedaan individu atau
kelompok. Oleh karena tujuannya adalah untuk mengungkapkan perbedaan, maka
sangat sangat diperhatikan tingkat kesukaran dan daya pembeda pada
masing-masing butir, serta dikembangkan acuan norma kelompok yang menggambarkan
kedudukan siswa dalam kelompok.
3) Ruang
lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif
4) Alat
evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis terutama bentuk objektif
5) Meniru
model evaluasi dalam ilmu alam yang menggunakan objektifitas. Oleh karena itu
model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi yang baku. Pembakuan
dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang cukup besar untuk melihat
validitas daan reliabelitasnya.17
MODEL
PERSESUAIAN
Tyler menggambarkan pendidikan sebagai suatu proses yang
didalamnya terdapat tiga hal yang perlu dibedakan, yaitu tujuan pendidikan,
pengalaman belajar, dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pada dasarnya
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai efektifitas kurikulum atau
program pengajaran yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Mengingat
tujuan-tujuan pendidikan itu mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang
diinginkan pada anak didik, maka yang paling penting dari proses evaluasi
adalah memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan itu
terjadi (Tyler, dalam Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Menurut model ini evaluasi tidak lain adalah usaha untuk
memerika persesuaian antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi
kepetingan penyempurnaan program, bimbingan siswa dan pemberian informasi
kepada pihak-pihak luar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
Langkah-langkah
evaluasi yang perlu ditempuh didalam proses evaluasi menurut model yang kedua
ini Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
1) Merumuskan
atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Karena evaluasi diadakan untuk
memeriksa sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu sudah dapat
dicapai, perlu masisng-maing itu diperjelas rumusannya sehingga memberikan arah
yang lebih tegas didalam proses perencanaan evaaluasi yang dilakukan.
2) Menetapkan
test situation yang diperlukan. Dalam langkah ini ditetapkan jenis-jenis
evaluasi yang akan memungkinkan para siswa untuk memperlihatkan perilaku yang
akan dinilai tersebut. Situasi-situasi yang dimaksudkan dapat berbentuk
demonstrasi, memecahkan persoalan-persolan tertulis memimpin kegiatan kelompok
dan sebagainya.
3) Menyusun
alat evaluasi. Berdasarkan rumusan tujuan dan test situation yang telah
dikembangkan dalam langkah-langkah sebelumnya kini dapat ditetapkan dan disusun
alat-alat evaluasi yang cocok untuk digunakan dalam menilai jenis-jenis
perilaku yang tergambar dalam tujuan tersebut.
4) Menggunakan
hasil evaluasi. Setelah tes dilaksanakan hasilnya diolah sedemikian rupa agar
dapat memenuhi tujuan diadakannya evaluasi tersebut, baik untuk kepentingan
bimbingan siswa maun untuk perbaikan program.
Karena setiap program pendidikan menyangkut tujuan yang
hendak dicapai, akan lebih tepat jika hasil evaluasi tidak dinyatakan dalam
bentuk keseluruhan test tapi dalam bentuk hasil bagian demi bagian dari
test yang bersangkutan sehingga terlihat bagian-bagian mana dari program pendidikan
yang masih perlu disempurnakan karena belum berhasi mencapai tujuannya (Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).18
MODEL
EVALUASI SISTEM PENDIDIKAN
Model evaluasi system pendidikan bertitik tolak darri
pandangan bahwa keberhasilan suatu program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, cirri anak didik maupun lingkungan sekitarnya, tujuan program dan
peralatan yang dipakai, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri.
Evalausi
menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja dari berbagai dimensi
program yang sedang dikembangkan dengan sejumlah criteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan jajmen mengenai program yang dinilai
tersebut.
Ada beberap hal di dalam isi pandangan di atas yang perlu
digaris bawahi dan diuraikan lebih lanjut mengingat pentingnya hal-hal tersebut
didalam konteks konsep evaluasi yang dianut oleh model ini.
1) Dengan
mengungkapkan berbagai dimensi program model ini menekankan pada pentingnya
program sebagai suatu keseluruhan yang dijadikan objek evaluasi , tanpa
membatasi hanya pada aspek hasil yang dicapai saja.
2)
Perbandingan antara program performance dankriteria juga merupakan salah satu
inti yang penting dalam konsep evaluasi menurut model ini. Hal penting disini
adalah bahwa setiap dimensi program pendidikan yang sedang dikembangkan itu
perlu ditetapkan dengan tegas criteria yang akan dijadikan ukuran dalam menilai
performance dalam maing-masing dimensi tersebut. Salah satu kelemahan yang ada
sekarang Stufflebeam (1972) adalah kurang jelasnya criteria yang digunakan
sebagai dasar didalam mengadakan evaluasi tersebut.
3) Model
ini berpandangan bahwa model evaluasi tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi
tentang keadaan program yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada
suatu Judgment baik-buruknya, efektif-tidaknya program pendidikanyang
bersangkutan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).19
PENUTUP
Model evaluasi muncul karena adanya usaha ekspalansi secara
kontinu yang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia
untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih
komprehensif termasuk pada ilmu pendidikan, prilaku dan seni.
Model
Tyler secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara langsung
didasarkan atas tujuan instruksional yang telah ditetapkan bersamaan dengan
persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi dengan para siswanya
menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran.
End
Note
1.
H.M.
Sukardi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.55
2.
Ibid., hlm. 57
3.
Agus Purwadi, Teologi Filsafat
Sains, (Malang: UMM-Press, 2002), hlm. 119.
4.
Purwanto. Evaluasi hasil Belajar. (Yogjakarta: Pustaka Pelajar.2009), hlm
64
5.
Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi Pendidikan
( Bag 1 Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
6. Asep dan
Haris Abdul. .Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta:Multi
Press2007), hlm 44
7.
Ibid,
hlm., 26
8.
Eneng Muslihah Metode
dan Strategi Pembelajaran (HAJA Mandiri 2014), hlm., 129
9.
Ibid.,
130
10.
Eneng Muslihat Kinerja
Kepala Sekolah (Haja Mandiri 2014),. Hlm 57
11.
Zakiah Daradjad, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), hlm. 162.
12.
Syamsul Arifin, dkk, Spiritualitas Islam
dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Sipress, 1996),
hlm. 150
13.
Ibid., hlm 73
14.
Nur
Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam (Bandung Pustaka Setia 1997)., hlm 77
15.
Ibid., hlm., 44
16.
Ramayulis
Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kalam Mulia 2002)., 202
17.
Ibid., 207
18.
Darwyansyah
dan Supardi Evaluasi Pembelajaran Pendidikan (HAJA Mandiri 2014)., HLM
27
DAFTAR
PUSTAKA
Bastable,
Susan B. (2002). Perawat sebagai pendidik (prinsip-prinsip pembelajaran
dan pengajaran). Jakarta: EGC
Purwanto.
(2009). Evaluasi hasil Belajar. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi.
(2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi Pendidikan
( Bag 1 Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu dan Aplikasi Pendidikan
( Bag 3 Pendidikan Disiplin Ilmu). PT Imperial Bhakti Utama.
Jihad Asep dan Haris Abdul.
.Evaluasi Pembelajaran.Jakarta:Multi Press.
H.M.
Sukardi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.55
Ibid., hlm. 57
Agus Purwadi, Teologi Filsafat Sains, (Malang: UMM-Press, 2002),
hlm. 119.
Purwanto. Evaluasi hasil Belajar. (Yogjakarta: Pustaka Pelajar.2009), hlm
64
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). ILmu
dan Aplikasi
Pendidikan ( Bag 1
Ilmu Pendidikan Teoritis). PT Imperial Bhakti Utama.
Asep dan Haris
Abdul. .Evaluasi Pembelajaran.
(Jakarta:Multi Press2007), hlm
44
Ibid,
hlm., 26
Eneng Muslihah Metode
dan Strategi Pembelajaran (HAJA Mandiri 2014), hlm
129
Ibid.,
130
Eneng Muslihat Kinerja
Kepala Sekolah (Haja Mandiri 2014),. Hlm 57
Zakiah
Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), hlm. 162.
Syamsul Arifin, dkk,
Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta:
Sipress, 1996), hlm. 150
Ibid., hlm 73
Nur
Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam (Bandung Pustaka Setia 1997)., hlm 77
Ibid., hlm., 44
Ramayulis
Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kalam Mulia 2002)., 202
Ibid., 207
Darwyansyah
dan Supardi Evaluasi Pembelajaran Pendidikan (HAJA Mandiri 2014)., HLM
27